IJINKAN AKU MEMILIKIMU



Karya Dinny Ayu Wulandari

“Burung-burung kertasku, hanya denganmu ku ungkapkan semua perasaanku tentangnya. Tentangnya yang akan selalu ada dihatiku, meskipun ku tau ku tak akan pernah memilikinya walaupun hanya sebentar karena aku...... uhuk-uhuk...” kataku terputus karena aku mendadak terbatuk-batuk. Aku pun berlari mengambil air minum di dapur untuk meredakan batuk ku barusan.



Setelah selesai aku pun kembali dan kemudian aku membereskan burung-burung kertasku yang selalu aku buat untuk orang yang aku sayangi. Entah berapa banyak burung-burung kertas itu aku buat untuknya, aku sendiripun tak tau, mungkin sudah 1000 lebih atau mungkin 2000. Aku tak tau pastinya berapa, bahkan aku pun tak tau mana burung kertas yang pertama kali aku buat untuknya. Yang aku tau hanyalah semua burung-burung kertas ini, hanyalah untuknya karena didalam burung-burung kertas ini tersimpan banyak sekali ceritaku tentangnya.
“Andine, kamu gak kenapa-napa kan, Nak ??” tanya Bundaku.
“Andine, gak kenapa-napa kok, Bun.” jawabku pada Bunda sambil aku menunjukkan senyumku pada Bunda.
“Syukurlah kalau begitu. Oh ya, itu di depan ada teman kamu, Nak. Di suruh masuk gih ??” kata Bunda.
“Siapa, Bun. Iya deh, Bun. Kalau gitu Andine ke depan dulu ya, Bun” kata ku sambil bergegas menuju pintu rumahku, karena aku penasaran siapa sih yang dating ke rumahku jam segini.

Ijinkan Aku Memilikimu
Setelah sampai aku pun kemudian membuka pintu rumahku, di sana terlihat ada seorang pria yang sedang berdiri membelakangi pintu rumahku yang sedang asyik memainkan kameranya untuk memotret halaman rumahku yang sangat indah menurutku. Maklumlah, halaman itu adalah hasil karyaku bersama Bunda selama hampir 10 tahun ini tinggal di rumah ini.
“Maaf, anda siapa ya ??” tanyaku sambil memegang pundaknya, tapi tak ku sangka pertanyaan dan sentuhanku itu malah membuatnya terkejut sehingga kameranya hampir saja jatuh ke lantai. Untunglah tidak jadi karena ternyata kameranya itu ada talinya dan talinya itu dia pakai di lehernya. Huft, untung saja...
“Eh, maaf aku tak bermaksud mengagetkanmu ??” kataku lagi, karena aku jadi merasa tidak enak karena hampir saja membuatnya menjatuhkan kameranya.
“Eh, iya gak apa-apa kok. Harusnya aku lagi yang minta maaf ke kamu karena aku sudah ambil foto halaman kamu tanpa seijin yang punya. Hehehe  maaf ya, Din. Oh ya, kenalin namaku Gani Yulianto, kakaxnya sahabat kamu Viska Yulianti. Oh ya, aku ke sini ingin menitipkan surat ijin untuk Viska, soalnya besok dia gak bisa masuk kampus karena ada urusan keluarga. Tolong di sampaikan ke guru kalian, ya.” kata pria itu sambil dia memberikan surat ijin untuk Viska.
“Oh iya, kax pasti aku sampaikan ke dosen kok. Aku Andine Wulandari. Oh ya, kax masuk dulu aja gih.” kataku sambil mempersilahkan masuk ke dalam rumahku.
“Oh gak usah, aku langsung pulang aja soalnya ada urusan lagi. Maaf ya lain kali aku pasti ke sini lagi kok. Kalau gitu aku pulang dulu ya. Bye...” kata kax Gani.
“Oh, iya deh kax, maaf ya soal tadi. Bye...” kataku sambil mengantarkan kax Gani keluar halaman rumahku.
“Oh ya, lain kali aku boleh gak foto halaman kamu lagi, buat referensi kuliah aku.” tanya kax Gani.
“Boleh kax, silahkan. Memangnya kax Gani ambil jurusan apa ya ??” tanyaku.
“Ambil jurusan Arsitektur Taman Kota. Ya udah aku pulang, ya. Bye...” jawab kax Gani sambil dia menyalakan sepeda motornya dan melambaikan tangannya.
“O.. Iya kax. Bye..” kataku sambil membalas lambaian tangannya.

Kax Gani pun kemudian melajukan sepeda motornya dan meningalkanku sendiri. Aku pun kemdian kembali masuk ke dalam rumah.
“Loh, Nak temen kamu tadi ke mana kok gak di suruh masuk ??” tanya Bunda setelah aku masuk ke dalam rumah.
“Eh itu Bun, sudah pulang kok. Dia bukan teman aku kok Bun, tapi dia kakaxnya sahabat aku Viska. Dia ke sini Cuma mau nitipin ini aja kok, soalnya besok Viska gak masuk kampus.” jawabku sambil duduk di sebelah Bunda yang lagi asyik lihat Drama Korea di TV.
“Oh gitu, pantesan Bunda gak kenal sama dia. Ternyata kakaxnya Viska, ya. Hmm, tapi cakep juga lo, Din.. hehehe ” goda Bunda.
“Ihh, Bunda ini apaan sih ?? tu Bun, dah mulai dramanya. Udah sampai mana sih, Bun dramanya.” tanyaku untuk mengalihkan godaan Bunda tadi.
Bunda pun kemudian menjelaskan adegan demi adegan yang sudah di tonton Bunda. Bunda kelihatan cantik banget kalau lagi jelasin gitu, kayak dosen yang lagi ngasih pelajaran buat anak didiknya.. hehehe  piece Bun, tapi Andine sayang banget kok sama Bunda.. Sayaaaannnggggg Banget... 

>> ke esokan harinya at kampus
“Hayyy, Din. Ngelamun terus deh dari tadi ??” tanya sahabatku sambil dia menepuk pundakku. Dia adalah salah satu sahabat terbaikku selain Viska, dia adalah Friska Dwi Cahyani yang biasa dipanggil Friska. Yahh, kedua sahabatku ini namanya memang hampir mirip sih Viska dan Friska.
“Ehh, gak kok. Ihh, kamu ini kebiasaan deh ngagetin orang gitu.” Jawabku sambil pura-pura sebel sama Friska.
“Idihh, aku kan gak ngagetin kamu. Kan kamu sendiri yang kaget, jadi salah sendiri dong, kenapa kaget.. yeeee :p” ejek Friska.
“Ihh, gak mau ngalah nih !! dasar kamu ini Fris. Huft, Fris sepi juga ya kalau gak da Viska gini, gak da yang bawel soalnya,, hehehehe ” kataku sambil senyum-senyum sendiri. Ya, maklumlah Viska kan emang emak-emaknya kita berdua. Dia yang selalu nasehatin dan ngingetin kita ini itu.
“Iya nih, Din. Dia kemana sih, Din ??” tanya Friska.
“Gak tau juga sih aku tepatnya dia kemana, soalnya kemaren kakaxnya gak bilang apa-apa. Cuma bilang ada urusan keluarga gitu, terus dia nitipin surat ijinnya Viska deh ke aku.” jawabku.
“O.. gitu tapi dia kemaren sempat update status ditwitternya lo !! updatetannya itu bilang [kalau seandainya kamu diijinkan untuk hidup lebih lama lagi, aku akan selalu menjagamu] gitu tuh, Din. Maksudnya apa sih ??” tanya Friska.
“Hahh, dia update gitu, Fris. Jangan-jangan Anton kenapa-napa, Fris. Astagfirulloh, nanti kita kerumahnya Viska aja yuk Fris, aku takut apa-apa terjadi padanya. Kamu mau kan, Fris ??” kataku.
“Hu’um, aku mau, Din. Ya udah kita ke dalam dulu aja yuk, inikan pelajarannya Pak Sanusi. Nanti kalau terlambat di hukum lagi kita.. hehehe ” kata Friska.
“Oh iya, hayukkk..” kataku sambil buru-buru masuk ke dalam kelas. Huft, maklumlah Di kampus tercinta kami ini yaitu kampus Duta Perwira Chantika ada juga dosen super duper amat sangat killer sekali,, hehehe  maka dari itu kami gak mau urusan deh sama Pak Sanusi, cukup teman-teman kami aja yang kena hukum Pak Sanusi..

>>Pulang dari kampus at rumah Viska
“Assalamu’alaikum” salamku dan Friska secara bersamaan sambil mengetuk pintu rumah Viska.
“Wa’alaikumsalam. Eh, ada Non Andine dan Non Friska. Mau ketemu Non Viska ya ?? Non Viskanya ada di taman belakang Non, silahkan masuk aja.” kata Bibi Surti salah satu pembantu di rumah Viska.
“Iya, Bi. Makasih” kataku.

Setelah dipersilahkan masuk, kami pun kemudian langsung menuju taman belakang rumah Viska. Di sana kami melihat ada seseorang yang duduk termenung sendirian dibawah pohon sambil memeluk suatu benda yang mungkin benda itu sangat berarti untuknya. Kami pun kemudian memberanikan diri untuk mendekatinya.
“Vis, kamu kenapa ??” tanyaku lembut kepada Viska sambil aku memegang pundaknya.

Tanpa aku sadari, dia pun langsung memelukku, menangis diatas pundakku. Aku hanya bisa menenangkannya sambil membelai rambutnya. Aku tak tau apa yang terjadi padanya, mungkin belum saatnya aku menanyakan hal ini kepadanya karena dari sikapnya dia masih terpukul. Setelah dia selesai menumpahkan semua air matanya, aku pun memberanikan diri untuk bertanya apa yang telah terjadi padanya saat ini.
“Viska sayang, kamu kenapa ?? apa yang terjadi sama kamu ??” tanyaku yang ku buat selembut mungkin.
“Ann.. tonnn.. Din. Dii..aa suu.. dahh per.. gii ninggg.. galin aaa.. ku tukkk slaa.. manyaaa” kata Viska terbata-bata.
“Maksud kamu Anton meninggal, Vis. Innalillahi wa innalillahi ro’jiun.” kata Friska kaget.
Viska pun hanya bisa menganggukkan kepalanya saja. Dia pun kemudian menceritakan apa yang terjadi sama Anton dengan kata-katanya yang masih terbata-bata. Ternyata Anton selama ini menyembunyikan penyakitnya dari Viska, dia ternyata mengidap penyakit kanker otak stadium akhir dan dokter telah mengatakan kalau hidupnya tidak lebih dari 3 bulan lagi. Dan 3 bulan terakhirnya adalah hari ini ketika dia menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit Medika Husada. Ya Alloh, sungguh berat cobaanmu ini, orang yang Viska sayangi ternyata lebih disayangi sama Alloh sehingga dia dipanggil untuk menghadap lebih dahulu. Aku pun hanya bisa memberikan nasihat untuk Viska, agar dia dapat mengikhlaskan Anton di sisi-Nya. Kematian Anton membuatku semakin takut akan suatu hal. Suatu hal yang selama ini aku sembunyikan dari Viska dan Friska, yaitu aku juga memiliki penyakit yang sama dengan Anton. Penyakit yang selama ini membuatku selalu sakit luar biasa, tapi karena dukungan Bunda aku masih bisa bertahan hingga sekarang. Ya Alloh, jika suatu saat ajalku datang tolonglah orang-orang yang hamba sayangi ya Alloh, semoga mereka bisa mengikhlaskanku pergi menghadapmu. Jangan biarkan mereka terpuruk seperti ini ya Alloh, hanya itu pintaku padaMu. Setelah Viska merasa tenang dan sudah mulai sedikit mengikhlaskan kepergian Anton, kami berdua pun memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.

>>Keesokan harinya at rumahku
Tiba-tiba pagi itu aku merasakan sakit yang begitu dahsyat di kepalaku, sampai aku tak kuat menahannya dan tanpa aku sadari aku menyenggol gelas yang ada di samping tempat tidurku.
“Awww, ya Alloh sakit banget kepalaku. Ya Alloh, apakah sudah waktunya aku menghadapmu saat ini. Ya Alloh, tolong ijinkan aku untuk...” gumanku dalam hati yang belum terselesaikan. Ada dera kaki menuju kamarku dan aku pun hanya mendengar suara sayup-sayup memanggil namaku. Aku pun tak sadarkan diri.

Beberapa lama kemudian aku merasakan akun berada di suatu tempat yang indah, tempat yang belum pernah aku kunjungi. Di sana terdapat taman yang memiliki berbagai bunga, sangattt indahhh sekali dan harumnya harummm sekali. Serasa aku ingin tinggal di sana saat ini, tapi tiba-tiba ada suara yang mengagetkanku dari belakang dan suara itu seperti suara Anton. Aku pun kemudian membalikkan badanku dan ternyata itu benar-benar suara Anton.
“Din, kamu sedang apa di sini ?? apa yang kamu lakukan ??” tanya Anton.
“Anton, bukannya kamu sudah tiada. Memangnya ini tempat apa, aku tidak tau kenapa aku disini ??” jawabku.
“Iya aku memang sudah tiada, Din. Ini adalah tempat tinggalku sekarang, Din” kata Anton.
“Maksud kamu ?? tempat tinggal kamu yang sekarang. Terus aku kenapa di sini, apa mungkin ini memang saatnya aku kembali padaNya dan kamu ??” kataku yang masih bingung dengan keadaan ini.
“Mungkin, Din ?? tapi kamu belum waktunya di sini, kamu harus kembali kepada keluarga dan sahabat kamu, di sana seharusnya kamu berada ??” kata Anton.
“Tapi jika ini belum saatnya aku kembali kenapa aku bisa di sini dan bersama kamu, Anton ??” tanyaku.
“Karena ini adalah permintaan terakhir kamu. Kamu yang meminta Alloh untuk mempertemukan kita di sini, tapi ini belum saatnya kamu tinggal di sini. Kamu harus kembali kepada keluarga dan sahabat kamu.” kata Anton.
“Tapi aku tidak tau ke mana jalan pulang ?? Anton, maafin aku yang selama ini telah membohongi perasaanku sendiri, sebenarnya aku cinta sama kamu, aku sayang sama kamu, Anton. Anton ijinkan aku memilikimu walaupun hanya sebentar ??” kataku sambil menahan air mataku yang sebentar lagi mungkin akan terjatuh.
“Aku sudah tau semua itu kok, Andine Ayu Wirati. Maka alasan itulah Alloh mempertemukan kita di sini. Ya aku menginginkan hal itu pula, Din karena sebenarnya aku juga mencintaimu, sangat mencintaimu. Tapi ini bukanlah saatnya kita buat memiliki satu sama lain, karena kita sudah berbeda. Satu hal yang harus kamu tau, aku akan selalu menunggumu di sini. Sekarang kembalilah kepada keluarga dan sahabat kamu, pejamkanlah mata kamu, Din kamu akan kembali pada mereka.” kata Anton.

Setelah mendengar kata-kata itu aku pun kemudian memejamkan mataku dan aku pun mulai membuka mataku perlahan-lahan. Kini aku hanya melihat ruangan yang serba putih dan ada keluarga dan sahabatku di sana. Mereka semua tersenyum haru padaku. Bunda pun memelukku erat sekali sambil mencium keningku. Sungguh hangat kasih sayang yang mereka berikan kepadaku dan akhirnya aku pun bersyukur kepada Alloh karena Alloh telah mengabulkan permintaanku untuk bertemu dan mengungkapkan perasaanku pada Anton dan juga bersyukur karena telah diberikan keluarga dan sahabat yang sangat tenang, damai dan hangat.
“Terima kasih Ya Alloh atas rahmatmu. Terima kasih juga Anton, kamu telah mengijinkan aku memilikimu walau sesaat. Dan aku akan selalu mengingatmu dan menyimpanmu di hati kecilku sampai Alloh mempertemukan kita lagi di tempat yang indah itu. Maafkan aku juga Viska karena aku telah mencintai kekasihmu.” batinku.


DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2013/07/ijinkan-aku-memilikimu-cerpen-cinta.html#ixzz2ZTxWqb5l

No comments:

Post a Comment

Komentar :